Sang Panglima Perang, Sebutan bagi Richei, Disabilitas "Cerebral Palsy" di Klaten

Sang Panglima Perang, Sebutan bagi Richei, Disabilitas "Cerebral Palsy" di Klaten
Penulis :
Humas Ditjen Rehabilitasi Sosial
Editor :
David Myoga
Penerjemah :
Karlina Irsalyana

KLATEN (20 Mei 2022) - Matanya berbinar, kala sentuhan lembut penuh kasih Maryadi berlabuh di dahi Richei. Ya, Michael Richei Wiputra (8 tahun), anak kedua dari Pasangan Maryadi dan Yanti Kumalasari (almh) yang mengidap Cerebral Palsy Spastic pasca operasi meningitis saat usianya 2 tahun.

Otot menyempit dengan pergerakan yang kaku, terutama pada kaki, lengan dan punggung pada penderita  Cerebral Palsy Spastic ini membuat Richei menjalani hari-harinya di tempat tidur selama 6 tahun terakhir.

Richei hanya bisa memberi isyarat kecapan mulut saat ia merasa lapar dan gerakan tangan dan kakinya yang hanya terbalut kulit saat ia merasa ada yang tidak nyaman di badannya. 

Tak salah Maryadi memberi nama anaknya yang istimewa ini. "Panglima Perang yang Kaya Raya, itu arti nama anak kami", katanya. Nama itu menyiratkan perjuangan Richei selama 6 tahun terakhir memerangi sakitnya hingga saat ini.

Berawal di usia 2 tahun, Richei mengalami panas tinggi. Beberapa kali dibawa ke layanan kesehatan terdekat, namun tak kunjung pulih. Sampai akhirnya ia dirujuk ke RS Sardjito untuk menjalani CT Scan.

Hasilnya menunjukkan bahwa tulang otaknya belum tertutup sempurna, sehingga cairan dari otak turun ke hidung. Hal itu menyebabkan Richei menderita meningitis.

Richei menjalani operasi dan perawatan di RS Sardjito selama kurang lebih 50 hari. Saat pulih, orang tua Richei harus menghadapi kenyataan selanjutnya bahwa Richei pasca perawatan mengalami disabilitas dengan kriteria  Cerebral Palsy Spastic.

Semangat Maryadi tak pernah putus demi kesembuhan anaknya. Ia kerja keras pagi hari sebagai buruh bangunan dengan pendapatan Rp. 100 ribu per hari. Di malam hari mengerjakan pesanan pembuatan maupun reparasi sofa, lemari dan perabotan rumah tangga lainnya dengan pendapatan Rp. 1 juta per bulan selama Covid-19.

Pondasi semangatnya mendadak runtuh ketika mengetahui istrinya mengidap kanker otak saat Richei memasuki usia 5 tahun. Hanya satu minggu di rumah sakit, istrinya menghembuskan nafas terakhir.

"Saya khawatir kala itu, down. Saya takut tidak bisa menjaga anak-anak saya. Namun semua tertepis setelah saya menyadari bahwa hidup ini ada dalangnya. Saya hanya sebagai wayang, menjalani dengan penuh rasa syukur. Itu motivasi saya", tuturnya saat ditemui di kediamannya di Dusun Dengkeng, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten.

Hingga saat ini Richei dirawat oleh kakaknya, Stephania yang merupakan mahasiswa STIE YKPN Semester 2 jurusan Ekonomi Akuntansi. 

Selama kuliah daring, Stephania bisa merawat sang adik di rumah. Ia tak banyak menuntut, bahkan hari libur ia memilih tetap dirumah merawat adiknya dibanding sekedar jalan keluar bersama temannya.

Dukungan datang dari berbagai pihak. Kementerian Sosial turut merespon kondisi Richei dengan memberikan alat bantu kursi roda adaptif. 

"Kursi roda adaptif dari Kemensos sangat membantu. Sekarang kakaknya sering membawa Richei keluar rumah dengan menggunakan kursi roda adaptif. Jadi kursinya bisa diatur posisinya, bisa posisi duduk maupun posisi tidur bahkan berdiri. Ada pengaman kepala dan kaki juga, jadi aman dan nyaman bagi Richei", jelasnya.

Selain Bantuan Kursi Roda Adaptif, Kemensos melalui Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso Surakarta juga memberikan bantuan nutrisi tambahan juga motivasi dan edukasi bagi keluarga. Hal ini dilakukan agar keluarga dapat memberikan terapi dan melatih gerakan fisik ringan untuk Richei dalam merangsang saraf, mengurangi kekakuan otot serta tindakan perawatan lainnya.

Kemensos akan memberikan bantuan usaha untuk Maryadi. Mengingat Jika kuliah luring dimulai, Maryadi harus bekerja dirumah, agar bisa sambil merawat Richei. 

Kemensos juga menggandeng Kitabisa.com dalam membuka donasi bagi Richei. Donasi dari #orangbaik yang terkumpul sejumlah Rp. 70.851.486 diserahkan langsung oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini bersama tim Kitabisa.com kepada Maryadi. Hasil donasi ini akan digunakan untuk biaya pengobatan dan perawatan Richei.
Bagikan :