Cerebral Palsy (CP) merupakan gangguan non-progresif yang memengaruhi jaringan otak pada masa perkembangan janin atau bayi. Penyebab utama CP sering kali dikarenakan kelahiran prematur atau asfiksia (Paul et al., 2022). Kelahiran prematur sering menyebabkan terjadinya kelainan gerakan dan postur tubuh seseorang (José et al., 2021). Seseorang dengan CP cenderung mengalami disfungsi berjalan, abnormalitas pada kemampuan keseimbangan, dan stabilitas tubuh (Zeng, et al., 2023). Meskipun keterbatasan aktivitas pergerakan pada pasien CP, CP merupakan diagnosis umum yang mencakup berbagai gangguan, tingkat keparahan, dan penyakit penyerta (Mendoza-Sengco & Chicoine, 2023).

Cerebral Palsy (CP) atau lumpuh otak secara umum merupakan gangguan saraf yang menyebabkan gangguan pada otot, gerak, dan koordinasi tubuh. CP merupakan gangguan tumbuh kembang yang paling umum pada masa kanak-kanak. Gejala pada CP antara lain kesulitan menggerakkan tubuh, postur tidak biasa, berjalan tidak stabil, gerakan yang tidak terkendali, otot kaku atau lunglai, tremor, dan gerakan menggeliat tidak terkontrol. Cerebral Palsy dibedakan menjadi 3 jenis utama, yaitu spastik, diskinetik, dan campuran keduanya.

Beberapa metode penanganan Cerebral Palsy pada anak dapat dilakukan, di antaranya sebagai berikut (Indonesian Journal of Health Science Volume 1 No. 2, 2021):

1. Terapi Fisik: membantu anak mengembangkan otot, keseimbangan, dan kemampuan berjalan serta duduk melalui olahraga, pemanasan, dan alat bantu.

2. Terapi Okupasi: membantu anak mengembangkan kemampuan motorik, seperti makan, memakai baju, dan menulis.

3. Terapi Wicara dan Bahasa: membantu anak mengembangkan kemampuan berbicara atau berkomunikasi dengan menggunakan gambar, komputer, atau bahasa isyarat.

4. Terapi Hidro (Air): mengurangi kekakuan atau spastisitas pada anak.

5. Obat-Obatan: mengurangi ketegangan otot dan meningkatkan kemampuan fungsional.

6. Injeksi Otot atau Saraf: mengendurkan otot atau kelompok otot tertentu selama beberapa bulan.

7. Prosedur Operasi: mengurangi ketegangan otot atau memperbaiki perubahan tulang.

8. Alat Bantu seperti kursi roda elektrik, kursi roda CP, kaki palsu, tangan palsu, tongkat atau kruk, dan walker untuk mendukung mobilitas anak.

9. Perhatian Medis Rutin sangat penting untuk anak dengan Cerebral Palsy

10. Dukungan Keluarga dan Lingkungan untuk meningkatkan kualitas hidup anak-anak.

 Kementerian Sosial Republik Indonesia melalui Sentra Terpadu Inten Suweno (STIS) di Bogor telah membuka Sekolah Ramah Cerebral Palsy (RCP). Sekolah ini beroperasi setiap hari Senin, bekerja sama dengan Yayasan Ramah Cerebral Palsy yang berbasis di Kota Bogor. Sekolah RCP ini dinisiasi oleh Kepala Sentra Terpadu Inten Suweno, Mokhamad O. Royani, dan mulai beroperasi pada November 2023 dengan 25 siswa. Menariknya, Sekolah RCP di STIS ini tidak dipungut biaya apa pun, bahkan STIS menyediakan fasilitas transportasi berupa bus dan mobil aksesibilitas untuk antar-jemput para siswa beserta pendampingnya.

STIS Bogor memberikan pelayanan pelatihan kepada para siswa Cerebral Palsy berupa pelatihan berbicara, mendengar, melihat, bergerak, berjalan, pengenalan huruf dan gambar, menulis, menggambar, mewarnai, berdoa, terapi okupasi, terapi wicara, fisioterapi, pelatihan vokasional komputer, bersosialisasi dengan lingkungan, memberikan bantuan alat bantu penyandang disabilitas sesuai dengan kebutuhan para siswa CP, serta konsumsi berupa paket nutrisi snack anak-anak.

Pelayanan pelatihan Sekolah RCP di STIS Bogor bertujuan untuk membantu pelatihan motorik dan memberikan pelayanan aksesibilitas bagi para penyandang disabilitas fisik, khususnya Cerebral Palsy. Pelatihan ini diberikan oleh para instruktur, terapis, pekerja sosial, penyuluh sosial, serta Tim Pendukung STIS Bogor.

Kepala STIS, Romal Sinaga, memberikan dukungan penuh kepada semua pelaksana teknis Sekolah RCP. Hingga November 2024, jumlah siswa telah meningkat menjadi 40 anak dari berbagai wilayah seperti Kota Bogor, Kabupaten Bogor, dan Kota Depok.

Antusiasme orang tua sangat tinggi dalam mendukung anak-anak mereka mengikuti program ini. Anak-anak yang sebelumnya pasif kini lebih aktif bergerak dan beraktivitas sesuai kemampuan mereka. Hal ini menunjukkan dampak positif nyata terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak-anak dengan Cerebral Palsy.